Rabu, 24 Februari 2016

Dingin

Hujan deras mengguyur
Pikiranku terbawa pada suatu kenangan
Di rumah

Bersama bapak aku duduk berdiam diri
kami terbawa oleh lamunan masing-masing
Aku berkhayal dapat menikmati rintik air hujan
langsung dari langit
dan juga merasakan dingin yang membekap erat
pada setiap pori-pori kulitku, basah...

Dingin menjadi nikmat,
tapi menggigil itu seperti kiamat

Sebab kawan lain akan menyuruh pulang
bahkan memaksa untuk berhenti hujan-hujanan
tak akan bisa lagi menikmati hujan paling lebat bulan ini
Entah, kala itu bulan juni atau desember
Tak kuingat lagi persis kapan

Terakhir kali hujan waktu itu
aku sedang kena tifus
berbulan-bulan hingga kulit rasanya menipis
membalut tulang kurang kalsium

Ah, waktu itu pula aku hampir lupa
rasanya dingin air hujan
Tiap hari tubuhku lembab oleh keringat
atau air kompres untukku mandi.

Dunia bagiku tidak lagi dingin
tapi lembab membosankan
dan sangat menjengkelkan.
Ini mulai kurasakan saat
tak lagi ku bisa bersentuhan dengan air hujan

Dingin air hujan
yang dulu sangat kunanti
kini rasanya akan segera ku sentuh kembali
seperti dulu waktu masih kecil
sebab dingin yang kurasakan
beberapa minggu terakhir sangat beda.

Menyejukkan...
Seperti air hujan
yang mengucur deras
Dan aku mulai yakin sebentar lagi
kurasakan kembali dingin air hujan
ketika aku ditidurkan di lubang kuburan
Sendiri berbalut kain mori.

Keluh

Coba ku susun lagi
...
Kata
...
Frasa
...
Klausa
...
berharap susunan kalimat terbentuk
menggugah jiwa

...
Kan terisi penuh semangat Rendra
Ketika berkarya dan berpuisi
menyampaikan imaji dan perasaannya
sendiri.