Untuk sahabat,
Gerimis mulai jatuh dari langit
inikah yang kau yakini sebagai air mandi para bidadari
di langit biru perlahan muram agak sedikit padam
matahari tertutup awan
Ini tanda akan tiba hujan
Seorang dusun di dalam hutan bergegas
tinggalkan kayu, rotan lalu sibakkan dahan
Berlari...
Orang itu tahu akan tiba badai
hujan disertai angin lebat
menggoyang-goyangkan akar pohon menjulang
Beruntung orang itu sampai sebelum badai
Dia cukup senang
Namun, kau sahabat gerimis
hujan di pelupuk matamu yang sayu menggumpal
saat gerimis...
Sebab kau teringat kisah-kasih masa lalumu
yang indah... katamu
Indah sekali... Terlihat sudut bibirmu tersenyum simpul
Bisakah kau bendung
mutiara kristal untuk tidak mencair
membasahi pipimu?
Oh, kau sangat manja
mungkin ingin dimanja
Oh, tapi tidak, gerimis...
Itu hanya firasat burukku
Kau orang yang hebat, lembut dan santun
Apa kabarmu, sahabat hujan
kerinduan kadang menyelinap
kemudian tiba-tiba muncul di depan
kau coba seduh secangkir kopi hitam saat hujan
hitam serasa pahit dan pilu di kisah kehidupan
Aroma kopi sangat menggoda
Namun, aroma seringkali menipu
seperti tampilan aktor panggung di depan rapi
sebenarnya rapuh dan busuk di dalam
Aromanya yang harum namun rasanya pahit pada dasarnya
seperti kehidupan di dunia fana.
'Cukup kuberi dua sendok gula
agar hidup ini tak lagi pahit' katamu.
Namun rasa kopi tidak akan mudah berubah
segampang membalik telapak tangan
'Ada rasa pahit yang mengikat dalam kehidupan
di alam ini' katamu.
Selamat tinggal penghujung tahun
genggam erat harapan impian masa depan
Geimis dan hujan
melebur...
menjadi satu dalam debur
ombak bergulung-gulung
kemudian muntahkan inspirasi dan imajinasiku. Salam.