Selasa, 19 April 2011

BERHENTI, LALU PERGI

anak dusun berambut ikal
membeli sebuah makanan ringan
di perempatan jalan menuju kota

uang seribu di genggamnya
agar teman-temannya tak lagi meminta
ikut di belikan,

tampak sekali dia ketakutan
membawa snack ringan dibalik kaos biru
yang sudah pudar warnanya.

Anak dusun yang berambut ikal
tanganmu sudah terbiasa bekerja
menghidupi dirinya yang malang
tanpa buaian kasih sosok ibu,
tanpa pengarahan ayah,
tanpa kata manja opa-oma.

Anak dusun yang berambut ikal
sehari penuh berjalan
di pundak kau membawa karung
makin terasa berat dan sangat

SAMPAIKAN LEWAT ISYARAT

satu kali, dua kali, bahkan
sampai beribu kali pun
aku takkan bisa bertemu.

kapan kah kau akan menerima
sosok yang membuat semua orang nista
kala memandangnya
tak ingin berlama-lama

para pemikir yang jenius......
bolehkah aku memohon
barang sejenak, pikirkanlah....
kami yang selalu berada di pinggiran
jalanan yang tak punya umur seberapa,
super market kumuh di tengah ibu kota,
tempat parkiran yang sepi dan angker
bagi para calon penumpangnya,
pusat kota yang menunduk kepanasan
mencari tempat berteduh,
hutan-hutan kota kecil yang meradang
di tengah-tengah gedung-gedung pencakar langit,
sungai kecil tempat pencegah banjir yang
tak cukup menampung air.

kami tak cukup berani bertutur sapa
kepada para pemikir yang jenius.
Lama sekali kami mencari
bertanya kepada siapa pun

juga pada satuan pembantu masyarakat

kami coba masuki kantornya
dikira kami mau berbuat suatu apa...
kami diusir

seorang berseragam yang berada di depan kantor
memandangi kami datar.
tiga langkah kami berjalan
amat sulit kami sampaikan

Semua akan kami isyaratkan
sebagai tanda peringatan

Kamis, 07 April 2011

KUCING LIAR

Sepanjang waktu hidup
mempertahankan kehidupan
tak sanggup merebut kemanusiaan
yang hanya hadir di muka,
para konglomerat panjaja jalan
memamerkan sesuatu terkecil, sungguh amat berkilauan
lebih jernih dari air
sungguh.... kami terpana

benda apa sesilau matahari
sebening air
walau tak sebiru air laut

harapan seketika melemah
urat saraf terkulai lesu
"Tak usahlah kau beriba-iba,
itu semua hanya membuang-buang tenaga saja.
Simpanlah..... Hingga kau mendapat nasi basi
di tong sampah.

Kau korek semuanya
sampai tumpah
menjadi antah berantah

IRAMA PERJALANAN

Hari ikut muram
sebab dalam perjalanan
kami tak menemukan daya
sampai ketika, hari telah senja
bersama duri yang menancap hati
tanpa melawan, kami berucap:
"Sampai kapan sakit terasa menyayat?"

Sesudah hari berlalu,
hati mencoba berlayar
mungkin sampai kulit dunia terkelupas.

Semilir angin bernyanyi
mereka malu, kemudian sembunyi
mencari apapun yang dapat menutupi,
dibalik pintu mereka berdiri
entah lagu apa mereka nyanyikan
entah sampai kapan mereka bersenandung

Kami tak ingin mencari tahu
karena perjalanan selalu berirama
......
ha.......
o...la.....la.......
ha.......ha.......ha.........ha......
syukur kami percaya itu semua.